Iman
 menjelaskan, dengan dijadikan akses ke JSS, JLS yang saat ini masih 
dalam pekerjaan perbaikan, dipastikan akan bertambah ramai dan akan 
menumbuhkan perekonomian masyarakat Cilegon yang ada di selatan.
“Tujuan
 pembangunan dan akses JLS adalah untuk mengembangkan wilayah Selatan di
 Cilegon. Karena itu, kami berharap JLS ini dapat direspon oleh 
pemerintah pusat, sebagai akses ke JSS,” ujarnya.
Karena
 itu, pihaknya tidak sepakat dengan adanya usulan yang disampaikan oleh 
Wamen PU, agar JLS dijadikan sebagai jalan tol. “Kalau untuk jalan tol 
kami tidak setuju, karena kami mengharapkan JLS dapat diakses secara 
umum,” katanya.
Sementara
 itu Wamen PU, Achmad Hermanto Dardak mengatakan, keinginan Pemkot 
Cilegon yang menjadikan JLS sebagai akses JSS akan dipertimbangkan.
“Keinginan Pemkot Cilegon akan dipertimbangkan, dan kami bahas di Jakarta,” ujarnya.
Namun
 pihaknya, berharap JLS dijadikan jalan tol, agar akses menuju ke JSS 
lebih cepat. “Kami mengusulkan, memang JLS di Kota Cilegon dijadikan 
jalan tol,” katanya.
JSS
 direncanakan memiliki ruang bebas vertikal 85 meter di atas permukaan 
laut tertinggi agar lebih tinggi dari tinggi udara terbesar serta 
memperhitungkan efek kenaikan elevasi air laut akibat pemanasan global.
Sementara
 bebas horizontal jembatan gantung Selat Sunda adalah 2.100 m sehingga 
memenuhi persyaratan lalu lintas kapal bebas satu arah.
Desain
 struktur atas jembatan mengacu pada desain jembatan Selat Messina yang 
memiliki bentang 3.300 m, sedangkan desain stuktur bawahnya mengacu pada
 desain jembatan Akashi Kaikyo di Jepang yang memiliki bentang 1.991 m.
Direncanakan
 juga Jembatan Selat Sunda memiliki lebar total 60 m terdiri atas tiga 
lajur lalu lintas masing-masing arah selebar 3×3,75 m, dua lintasan 
kereta api selebar 10 m, lajur pemeliharaan masing-masing selebar 5,05 
m.(Koran Banten)
