Tepat setahun lalu, Real Madrid terguncang salah satu tsunami terdahsyat sepanjang sejarah mereka. 29 November 2010, di Camp Nou, Barcelona melatih Los Blancos bermain bola. Hasilnya, 5 gol tanpa balas masuk ke dalam gawang Iker Casillas.

Kala itu, kasusnya sama dengan musim ini. Real Madrid berangkat ke tanah Catalan dengan semangat terlalu besar. Menduduki puncak klasemen dan unggul satu angka, pasukan Jose Mourinho tak membayangkan digelontor sedemikian rupa.

Kejadian pembantaian ini mengulang kisah serupa pada 8 Januari 1994. Kala itu, hattrick Romario dan satu gol Ronald Koeman plus Ivan Iglesias, menamatkan Real Madrid yang diasuh oleh Jorge Valdano. Musim lalu, pahlawan Catalan dari klub “pemerintah” adalah Xavi Hernandez, Pedro Rodriguez, David Villa, dan pemain pengganti Jeffren.

Gol cepat Xavi Hernandez menjadi kunci kehancuran Real Madrid. Muncul dari belakang, Xavi menghukum Marcelo yang gagal membersihkan kotak penalti.

Setelah terbobol di menit 10, para pemain Madrid seperti kehilangan akal. Bagaikan anak TK yang bertanding dengan para sarjana, Iker Casillas dibiarkan menghitung berapa kali bola masuk ke gawangnya malam itu.


Pedro Rodriguez, pemain yang paling dibenci Madridista —setelah Javier Mascherano dan Sergio Busquets tentunya— menggandakan keunggulan menjelang 20 menit pertama.

David Villa yang masih merasakan nikmatnya menjadi starter musim itu, mencetak 2 gol tambahan di babak kedua. Jaraknya pun hanya dua menit. Terakhir, Jeffren membuat perbedaan tajam dengan gol di menit terakhir.

Kegagalan Real Madrid semakin lengkap karena Sergio Ramos diberi kartu merah menjelang akhir laga. Kejadian ini kelak akan membuat Jose Mourinho berkilah, ia ingin pertandingan 11 melawan 11, bukan pertandingan 11 pemain menghadapi 10 orang.

Pertandingan ini juga menjadi arena pembuktian kehebatan La Masia. Dalam laga tersebut, delapan pemain yang diturunkan Pep Guardiola sebagai starter adalah produk lokal mereka. Bahkan, jumlah ini bertambah menjadi 10 karena Jeffren dan Bojan Krkic dimainkan. Sementara itu, cuma ada Iker Casillas sebagai produk asli Real Madrid.

Jika dibandingkan dari pembelian, kesan jomplang pun terasa. Barcelona memainkan skuad dengan harga “cuma” 90 juta Euro —karena yang lain berasal dari La Masia yang tak perlu dibeli—. Sementara, Real Madrid datang dengan skuad berharga beli 300 juta Euro.

Namun, segalanya banyak berubah setelan setahun. Perubahan Real Madrid sangat signifikan.  Keunggulan enam angka dari Barcelona membuktikan hal ini. Margin ini adalah yang terbesar sejak Barcelona ditangani Pep Guardiola. Selain itu, permainan agresif mereka di dua laga Piala Super Spanyol menunjukkan bahwa Mourinho tidak mau diperolok karena strategi bertahannya.

Sejauh ini, Real Madrid memulai start terbaik sepanjang sejarah Liga Spanyol. Mereka mengoleksi 11 kemenangan dari 13 pertandingan. Torehan gol yang mencapai 46 membuat mereka rata-rata menjebol gawang lawan 3,53 kali setiap pertandingan.

Mengingat El Clasico akan digelar di Santiago Bernabeu 10 Desember mendatang, mungkinkah sekarang giliran Madrid yang mempecundangi Barcelona dengan skor 5-0?. (sidomi)
Powered by Blogger | Theme by simplexdesign