Hal itu diungkapkan salah seorang pengelola KPA Kabupaten Tangerang Hady Irawan, saat acara pendidikan tentang bahaya dan cara penularan HIV/AIDS oleh KPA Provinsi Banten di kantor KPA Kabupaten Tangerang, Rabu (14/12).
Hady menuturkan, ke-27 balita positif HIV itu tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Tangerang. Umumnya, balita itu tertular dari orangtua yang lebih dulu menderita HIV/AIDS. Balita yang meninggal karena kehilangan kekebalan tubuh akibat virus HIV yang berkembang di sel-sel darah putih.
“Berdasarkan catatan akumulatif KPA tahun ini, sudah 27 balita berusia 0-5 tahun menderita HIV. Dari jumlah itu, tiga balita memasuki fase AIDS dan tiga balita lainya dinyatakan meninggal dunia,” tutur Hady.
Sedangkan temuan KPA terkait ditemukannya seorang warga yang mempunyai 13 istri dan positif HIV, kini telah meninggal dunia di Kecamatan Curug. Diduga telah menularkan virus mematikan kepada 13 istrinya melalui hubungan suami-istri. Berdasarkan hasil cek darah RSUD Tangerang, dari 13 istri mantan penderita HIV/AIDS tersebut, tujuh di antaranya positif HIV dan satu di antaranya meninggal akibat AIDS.
Sedangkan pemeriksaan kesehatan terhadap istri-istri lain dari penderita penyakit itu hasilnya belum dikeluarkan. “Pria dengan 13 istri tersebut telah meninggal. Tetapi dari hasil pemeriksaaan terhadap 13 istri dari pria tersebut, terdapat tujuh orang istri yang dinyatakan positif HIV, dan seorang istrinya telah meninggal,” paparnya.
Hady menjelaskan, di wilayah Kabupaten Tangerang saat ini angka penderita HIV/AIDS terus meningkat. Berdasarkan data KPA hingga Juli 2011, setidaknya ada 420 orang yang terindikasi positif HIV dan 169 orang dipastikan positif AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang tahun 2011 meningkat dari tahun 2010. Tren penyebaran HIV/AIDS terus mengalami perubahan. Seperti tahun 2003-2007 penderita HIV/AIDS didominasi oleh mereka yang menggunakan narkotika melalui jarum suntik.
Tahun 2010-2011 beralih penyebaran penyakit HIV/AIDS lebih banyak disebabkan melalui hubungan seksual. Bahkan jumlah pekerja seks komersial terus meningkat di wilayah tertentu. “Di Kabupaten Tangerang sekira 1.200 perempuan pekerja seks dan pembeli seks itu sendiri mencapai 15-20 ribu orang. Bisa kita perkirakan berapa jumlah penderita HIV/AIDS baru yang tertular,” jelas Hady.
Sementara salah seorang pembicara dari KPA Banten Syaiful W Harahap mengungkapkan, HIV/AIDS dapat terjangkit bila ada kerusakan pada sistem kekebalan tubuh manusia atau disebut infeksi virus oportunistik. Akibat kurangnya sistem kekebalan, munculah berbagai macam penyakit seperti sariawan, diare, TBC, dan penyakit itu sulit untuk disembuhkan bagi penderita positif HIV/AIDS. Salah satu alasan mengapa virus ini sangat berbahaya, karena masuk kedalam sel-sel darah putih dan menjadikan sebagai pabrik baru untuk memproduksi HIV baru.
Karena itu, penderita harus diberikan obat antiretrovial (ARV) untuk menekan perkembangan HIV di dalam darah. “Setiap hari HIV rata-rata memproduksi 10 miliar sampai 1 triliun virus baru di tubuh penderita. Sel-sel darah putih tempat virus ini bersarang dan mencari sel-sel darah putih baru,” bebernya. Rm (35), salah seorang penderita HIV di Kabupaten mengatakan, dirinya dinyatakan positif HIV sejak 2007 seusai melakukan tes darah.
Ia mengetahui menderita HIV selang tujuh bulan setelah suaminya yang juga positif HIV/AIDS meninggal. Dari hasil perkawinan dengan suami yang mantan pengguna narkoba, Rm dikarunia dua orang anak, salah satu di antaranya dinyatakan positif HIV. Ia menuturkan, suaminya selama masih hidup terkena berbagai penyakit, seperti tipus dan TBC. “Lebih baik terbuka sebagai penderitaAIDS demi kebaikan orang-orang terdekat,” pesan Rm. [rb]